Saat Tidak Berdaya

Ada saat kita berada pada situasi di mana kita tidak berdaya. Kita tidak tahu harus ngomong apa. tidak tahu pula harus berbuat bagaimana. Ke sana mentok, ke sini mentok.
Maju kena mundur kena. Seumpama seekor lalat terjerat sarang laba-laba raksasa. Tinggal pasrah menanti ajal.
Ketidakberdayaan itu bisa karena tekanan yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Yaitu, ketika kita melihat ketidakberesan di luar, ada something wrong. Dan kita ingin sekali berbuat sesuatu, tapi tidak bisa apa-apa; malah yang didapat benturan sana benturan sini. Kita seolah menghadapi "muka tembok". Lalu kita pun jadi geregetan sendiri, tetapi ya mau bagaimana lagi. Selain ditelan sendiri. Jadinya stress sendiri.
Misalnya melihat carut-marut negeri kita. Bayangkan negeri dengan sumber daya alam nana kaya bisa terpuruk begitu dalam. Kita sungguh dibuat tidak berdaya, kecuali mengurut dada, dengan sikap dan ucapan banyak pejabat pemerintah, anggota DPR, tokoh masyarakat, aparat hukum yang kerap jauh dari bijak dan bajik.


Ketidakberdayaan itu bisa juga karena tekanan dari luar diri kita ; berupa masalah yang bertubi-tubi. Satu masalah belum beres sudah datang masalah yang baru. Masalah baru belum selesai, datang pula masalah lain. Terus Bagitu. Sampai-sampai untuk berdiri pun rasanya tidak mampu lagi.
Ada seorang pemuda duduk sendirian di sebuah bar. Wajahnya murung. Ia tampak sangat terbeban berat dan begitu putus asa. Matanya yang sayu menatap kosong ke arah gelas berisi cairan berwarna kekuningan di dekatnya. Tiba-tiba serombongan pria berbadan tegap masuk ke dalam bar itu.
Salah seorang dari mereka mendekati si pemuda. Menatapnya sebentar. Lalu tanpa berkata-kata, dengan maksud menggoda, ia mengambil gelas di depan pemuda itu, dan langsung meminumisinya sambil tertawa-tawa mengejek. Tahu-tahu si pemuda menangis sesenggukan. Pria berbadan tegap tdi rupanya jadi merasa iba. Ia pun lantas menepuk pundak pemuda itu dengan penuh penyesalan.
"Sori, aku kan cuma bergurau. jangan nangis gitu, kayak anak kecil saja. Aku akan ganti minumanmu," katanya.
"Bukan soal minuman itu," sahut si pemuda memelas. " Hari ini aku benar-benar sial. Tadi pagi aku memerima surat pemecatan dari bosku. Waktu mau pulang, mobilku ternyata hilang dicuri. Jadi kau naik taksi. Turun dari taksi, eh dompetku ketinggalan. Sesampai dirumah aku bertengkar hebat dengn istriku, ia minta cerai. Aku benar-benar habis akal. Aku memutuskan untuk bunuh diri dengan minum racun. Lha, belum lagi aku minum racun itu, kamu malah lebih dulu meminumnya. Sungguh sial kan?"


Akibat dari ketidak berdayaan itu orang bisa lantas menjadi cuek, apatis, sabodo amat. Pokoknya mau hitam mau putih, emangnya gue pikirin.
Misalnya, ada orang yang tidak mau lagi ambil bagian dalam aktivitas gereja. Kalau pun mau ambil bagian, ya cuma asal menggelinding. Belum tentu karena orang itu tidak mampu. atau tidak punya komitmen, tetapi bisa karena ia sudah tidak berdaya lagi. Ia sudah menoba berbuat sebisanya, tetapi membentur tembok.
Akibat lain dari ketidakberdayaan adalah orang menjadi frustasi; lalu menjadi nekat, bertindak anarki, yang paling ekstrem ya bunuh diri.

Lalu bagaimana ?
Cara terbaik adalah pertama, kita introspeksi diri. Barangkali, tanpa sadar, kita ikut andil dalam situasi yang menekan tersebut; entah sikap dan ucapan kita, entah juga cara pandang kita. Kadang-kadang untuk mengubah orang lain atau keadaan di luar diri kita, yang diperlukan lebih dulu adalah mengubah diri kita sendiri.
Kedua, kita serahkan kepada Tuhan. Biarkan Tuhan yang mengambil alih semua kegalauan dan kepedihan kita. Cukuplah kita melakukan apa yang menjadi bagian kita dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya, selebihnya biar itu urusan Tuhan. Percayalah Tuhan sungguh sangat bisa diandalkan. Dia tidak akan mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya.
Menjalani hidup ini sebetulnya simpel saja. Berbuat sebaik-baiknya sesuai dengan perkenaan Dia, dan berserah kepada-Nya sebulat-bulatnya. Pada saatnya Tuhan pasti akan bertindak. Seperti pemazmur, "Serahkan khawatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memlihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah" (Mazmur 55:23)

Komentar

Postingan Populer